Film Hantu Cermin Dunia Film Indonesia

'Hantu Puncak Datang Bulan', 'Suster Keramas', demikian judul-judul film horor dengan adegan-adegan sensual yang membanjiri bioskop Indonesia Mengapa film-film horor berbau porno marak di Indonesia?

Joko Anwar, sutradara dan penulis skenario, melihat trend ini sebagai formula murah yang dicoba produsen untuk menarik minat penonton film horor yang semakin surut.

"Tahun 2009, film-film horor yang dikeluarkan ternyata penontonnya tidak seperti yang diharapkan. Tahun-tahun sebelumnya masih banyak," kata Joko Anwar.

Menurut Joko para produser kemudian memakai trik-trik baru untuk menarik penonton. Contohnya, judul yang 'mengundang' dan janji-janji akan ada adegan sensual, telanjang atau adegan seks yang vulgar, walau ternyata adegan-adegan itu tidak ada dalam filmnya.

SDM
Sementara itu menurut Lalu Roimsari, Direktur Jakarta Film Festival (JiFFest) munculnya film-film horor yang diwarnai adegan sensual ini berkaitan dengan lemahnya kualitas SDM sineas Indonesia.

"Di Indonesia kualitas SDM masih rendah. Industri film maju pesat tapi tidak dibarengi dengan tersedianya sumber daya manusia yang memadai," jelas Lalu. Hal ini, menurut Lalu, mengakibatkan munculnya film-film dengan kualitas yang tidak bagus.

Larangan
Film-film horor berbau porno seperti 'Suster Keramas' dan 'Hantu Puncak Datang Bulan', mengundang kemarahan organisasi-organisasi Islam seperti MUI dan FPI. Mereka menyerukan pencekalan terhadap film-film tersebut. Tapi, apakah seruan semacam ini masih efektif dan didengarkan oleh masyarakat?

Menurut Joko dan Lalu, pelarangan terhadap film tidak sesuai lagi dengan situasi masyarakat. "Masyarakat sudah semakin pintar dalam menentukan film apa yang mereka mau," jelas Lalu.

Joko Anwar berpendapat larangan terhadap produk-produk budaya seperti buku atau film tidak lagi efektif karena orang bisa dengan mudah mendapatkannya di internet. "Pelarangan itu justru kontra produktif. Kalau sebuah film dilarang orang justru ingin menontonnya," kata Joko.

Sejarah terulang
Joko Anwar mengkhawatirkan maraknya film-film hantu berbau porno ini akan menyebabkan hilangnya minat penonton terhadap film Indonesia, seperti apa yang terjadi pada awal tahun '90an.

Trik menarik penonton dengan judul-judul 'mengundang' dulu juga dipakai. Tapi, ketika penonton masuk bioskop mereka tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan. Hal yang sama sekarang terjadi lagi dengan film-film horor berbau porno.

Maraknya film dengan kualitas rendah akan menyebabkan penonton menjauhi bioskop. "Fondasi yang sudah dibangun oleh pembuat film Indonesia untuk menciptakan dunia perfilman yang berkualitas akan runtuh," kata Joko Anwar. [www.rnw.nl]

Related Posts



0 komentar:

 
eXTReMe Tracker